Mantan PM Ditangkap, Pakistan Tegang
On 22.22 with No comments
INDONESIA SIDE - Badan anti-korupsi Pakistan menangkap mantan Perdana Menteri Imran Khan di Pengadilan Tinggi Islamabad, Selasa (9/5). Khan ditangkap ketika sedang menghadiri persidangan.
Rekaman penangkapan menunjukkan puluhan pasukan paramiliter dengan perlengkapan anti-huru hara mengelilingi Khan dan menggirngnya masuk ke sebuah van hitam. Kendaraan lapis baja itu kemudian membawa Khan pergi dari kompleks pengadilan. Tidak diketahui secara jelas ke mana dia dibawa.
Penangkapan ini dilakukan sehari setelah militer mengeluarkan peringatan keras terhadap Khan lantaran berulang kali melontarkan tuduhan terhadap seorang pejabat militer senior yang dianggap akan mencoba membunuhnya. Khan juga berulang kali menuduh seorang mantan kepala militer berada di belakang langkah untuk menggulingkannya dari kekuasaan.
Namun Pengadilan tinggi di Islamabad tak urung memanggil pihak berwenang untuk menjelaskan penangkapan Khan di gedung pengadilan.
Penangkapan Khan memunculkan ketegangan tinggi di Pakistan. Jalan-jalan di Lahore diblokir oleh para pendukung Khan. Lahore merupakan kota kelahiran Khan. Kota ini dijaga ketat oleh aparat setelah sang mantan PM ditangkap. Di Provinsi barat laut Khyber-Pakhtunkhwa, ketegangan juga memuncak. Menurut saksi Reuters, para pengunjuk rasa juga memblokir jalan utama di kota pelabuhan Karachi.
GEO TV melaporkan, Khan akan dibawa ke pengadilan antikorupsi pada hari Rabu (10/5). Partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) pimpinan Khan menyerukan para pendukungnya agar "meng-shut down Pakistan".
"Ini waktu Anda, orang-orang Pakistan. Khan selalu membela Anda, sekarang saatnya membela dia," tulis PTI di Twitter sebagaimana dikutip Reuters.
Setelah digulingkan pada April tahun lalu, belum ada tanda-tanda Khan (70) akan meninggalkan panggung politik. Pria sepuh ini terus aktif bahkan setelah terluka dalam serangan terhadap konvoinya pada November lalu. Saat itu Khan tengah memimpin pawai protes ke Islamabad untuk menyerukan pemilihan umum cepat.
Penangkapannya terjadi pada saat warga Pakistan terpuruk akibat krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa, dengan rekor inflasi dan pertumbuhan anemia yang tinggi. Paket dana talangan Dana Moneter Internasional telah tertunda selama berbulan-bulan, meskipun cadangan devisa hampir tidak cukup untuk menutupi impor sebulan.
Sebelumnya upaya untuk menangkap Khan dari rumahnya di Lahore mengakibatkan bentrokan sengit antara pendukungnya dan aparat penegak hukum. PTI mengatakan telah mengadakan pertemuan darurat para pemimpin senior untuk membahas tanggapan mereka terhadap penangkapan tersebut.
Menteri Dalam Negeri Rana Sanaullah mengatakan, Khan ditangkap oleh Biro Akuntabilitas Nasional (NAB) setelah dia tidak hadir dalam pemanggilan. Khan dan istrinya dituduh menerima tanah senilai hingga 7 miliar rupee ($24,70 juta) dari pengembang tanah yang dituduh melakukan pencucian uang oleh otoritas Inggris.
Rana menambahkan, otoritas Inggris telah mengembalikan 190 juta pound ($ 240 juta) ke Pakistan sehubungan dengan pencucian uang itu. Namun oleh Khan uang itu justru dikembalikan ke pengembang tanah dan bukan dimasukkan kas negara. Namun semua tuduhan itu dibantah oleh Khan.
Menurut surat perintah yang dilihat Reuters, NAB telah mengeluarkan surat perintah penangkapan Khan pada 1 Mei. "Khan dituduh melakukan pelanggaran korupsi dan praktik korupsi," katanya.
Kasus korupsi adalah salah satu dari lebih dari 100 kasus yang diajukan terhadap Khan sejak dia digulingkan dari kekuasaan dalam pemungutan suara parlemen. Dia telah menjalani empat dari lima tahun masa jabatannya ketika digulingkan.
Dalam sebagian besar kasus, Khan terancam dilarang memegang jabatan publik jika terbukti bersalah. Padahal pemilihan nasional dijadwalkan pada November mendatang.
Pertikaian politik lazim terjadi di Pakistan. Hingga saat ini belum ada satupun perdana menteri yang memenuhi masa jabatan penuh. Hampir dari separuh sejarah perjalanan negara ini berada di bawah kekuasaan militer.
Khan sejak lama menuding Mayor Jenderal Faisal Naseer yang merupakan petinggi Inter Services Intelligence (ISI) bertanggung jawab atas pembunuhan seorang jurnalis terkenal Pakistan di Kenya pada bulan Oktober. Akibatnya pada Senin (8/5) lalu militer yang saat ini berkuasa, mengeluarkan peringatan keras. Namun alih-alih mengindahkan peringatan itu, pada hari Selasa (9/5) Khan justru kembali melontarkan tuduhan serupa. Tuduhan itu dibantah keras oleh militer.
Militer tetap menjadi institusi negara yang paling kuat di Pakistan. Mereka memerintah negara Asia Selatan itu selama hampir setengah dari 75 tahun sejarahnya melalui tiga kudeta. Meskipun pengaruhnya besar, militer belakangan dikatakan tidak lagi terlalu punya oengaruh.
Khan pecah kongsi dengan militer pada tahun 2021 setelah bertahun-tahun menjalin kerja sama yang erat. Lawan Khan dan banyak kritikus terkemuka mengatakan, Khan dibantu untuk berkuasa oleh militer dalam pemilu 2018. Tapi hal itu dibantah oleh Khan.
Mantan ajudan Khan menuduh pemerintah militer berada di balik penangkapan Khan.